Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

 


Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Migrasi manusia diperkirakan baru berlangsung pada Pleistosen bawah dari daratan Asia menuju Jawa. Besar dugaan kehidupan di daerah eksploitasi baru lebih tertuju di sepanjang aliran Sungai atau daerah-daerah tempat sumber daya lingkungan tersedia. Jawa hingga saat ini merupakan satu-satunnya pulau di Nusantara tempat penemuan fosil manusia purba. Pulau-pulau lain sejauh ini masih belum memperlihatkan fosil, kecuali tinggalan artefak seperti yang ditemukan di Flores. Penemuan-penemuan yang berlangsung di berbagai situs dipulau ini telah menjadikannya sebagai salah satu wilayah terpenting dalam penelusuran asal-usul dan evolusi manusia purba didunia. Migrasi manusia tersebut membuktikan bahwa wilayah Nusantara dahulunya bersatu. Demikian juga binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada di Nusantara (Sumatra, Kalimantan dan Jawa) memiliki kesamaan. Khusus Papua memang binatangnya berbeda, disebabkan Papua masuk ke Benua Australia. Saat glasiasi surut (es mencair), dan permukaan laut pun naik menjadi lebih tinggi, dan Dataran Sunda pun berubah menjadi pulau-pulau, yaitu Kalimantan, Jawa, Sumatra. Hal tersebut menyebabkan makhluk hidup yang bermukim di pulau-pulau ini terjebak, tidak bisa kemana-mana. Termasuk harimau, gajah, badak, dan binatang lainnya yang tinggal di pulau besar ini. Mencairnya es menyebabkan pulau dan kelompok-kelompok manusia yang mendiami pulau terpisah dari kelompoknya. Manusia modern awal di Indonesia dan Asia Tenggara telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Selanjutnya pada 4.000 tahun yang lalu muncul penutur bahasa Austronesia yang tinggal di Indonesia. Kemunculan manusia modern seperti Homo sapiens membawa perubahan baru di bidang kehidupan zaman Prasejarah. Homo sapiens bertahan hidup dengan memanfaatkan dan mengeksploitasi bentang alam, seperti gua-gua, sungai, ceruk, dan pantai.

Berikut beberapa penelitian dan pendapat mengenai persebaran penduduk ke Nusantara

  • Robert von Heine Geldern : R. von Heine Geldern melacak migrasi budaya Austronesia berawal dari Tiongkok bermigrasi melalui jalur darat ke Indocina sampai ke Semenanjung Malaya. Kemudian, para penutur Austronesia menyebar melalui jalur laut ke Kepulauan Indonesia menuju Melanesia dan Polinesia. Nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di Kepulauan Indonesia kira-kira 2000 tahun SM ialah pada zaman Neolitik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata di bagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan Neolitik(kapak persegi) adalah bangsa Austronesia & gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 SM.
  • Johan Hendrik Caspar Kern : Johan Hendrik Caspar Kern (1889) meninjau dari segi bahasa dan melalui berbagai keterangan mengenai bahasa-bahasa Melayu Polinesias Diceritakan tentang adanya kesamaan bahasa di pulau yang tersebar dari Pulau Madagaskar sampai Pulau Paskah yang terdiri atas 133 jenis bahasa. Banyaknya pulau yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan dari luar suku bangsa tersebut menggunakan bermacam-macam bahasa sehingga oleh Kern dianggap sebagai populasi dan diambil sampelnya. Jadi, beberapa bahasa dibandingkan dengan pengelompokan. Namun, di kepulauan yang tersebar di wilayah tersebut ada satu bahasa rumpun, yaitu bahasa Austronesia Dasarnya pemakaian bahasa dikepulauan dan Asia daratan adalah sama.
  • James Cook : James Cook menduga ada migrasi penuturan bahasa Austronesia dari Kepulauan Nusantara ke Oseania. Hal ini karena adanya kemiripan bahasa-bahasa yang dituturkan di Kepulauan Nusantara dengan Pasifik Barat Daya. Kapten James Cook tahun 1776-1780, mencatat adanya kemiripan bahasa, budaya, dan paras orang Polinesia di Selandia Baru, Tahiti, dan Pulau Paskah dengan penduduk Semenanjung Malaya. Oleh karena itu, ia merasa yakin bahwa nenek moyang penduduk Polinesia berasal dari Malaysia abad ke-XIX.
  • Karn Schmidt : Pada 1920-an hipotesis Karn Schmidt melihat sebaran kapak batu atau beliung batu yang sudah diasah permukaannya sebagai salah satu petunjuk adanya migrasi orang Austronesia, Indonesia, dan Pasifik.
  • William Marsden : William Marsden yang banyak menulis tentang Asia-Pasifik juga mendukung teori mengenai Pasifik Barat berasal dari Asia karena kemiripan bahasa yang dituturkan. William Marsden berkesimpulan bahwa bahasa-bahasa di Kepulauan Nusantara dan Pasifik semula memang berasal dari satu induk bahasa. Rumpun bahasanya Melayu Polinesia Timur yang terdiri atas bahasa-bahasa di Melanesia dan Polinesia.
  • Teori Yunan : Teori ini didukung oleh beberapa sarjana seperti R.H Geldern, J.H.C. Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slamet Muljana dan juga Asmah Haji Omar. Secara keseluruhannya, alasan-alasan yang mendukung teori ini, yaitu sebagai berikut:
    1. Kapak tua yang ditemukan di wilayah nusantara memiliki kemiripan dengan kapak tua yang terdapat di Asia Tengah. Hal ini menunjukkan adanya migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara
    2. Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara serumpun dengan bahasa yang ada di Kamboja. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di Kamboja mungkin berasal dari Dataran Yunan dengan mengyusuri sungai Mekong. Arus perpindahan ini kemudian dilanjutkan dimana sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara. Kemiripan bahasa Melayu dengan bahasa Kamboja sekaligus pertaliannya dengan Dataran Yunan.
  • Teori "Out ot Taiwan" : Menurut Teori "Out ot Taiwan" munculnya bahasa (Proto) Austronesia ditandai dengan kehadiran himpunan temuan arkeologis yang budaya Ta-p'en k'eng (Dapenkeng culture). Diperkirakan budaya ini mulai muncul sekitar 6.000 tahun yang lalu dan terus berkembang hingga sekitar 4.500 tahun yang lalu. Selain di Taiwan, situs arkeologi yang mengandung unsur budaya penuturan Austronesia awal ditemukan tersebar luas melalui Filipina, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, Melanesia, hingga ke Polinesia di sebelah timur. Jejak kehadiran penuturan Austronesia di bagian utara Kepulauan Indonesia ditemukan di Kepulauan Talaud, terutama di Situs Leang Tuwo Mane’e. Situs ini sudah dihuni oleh manusia sejak tahun 6.000 tahun yang lalu, Situs Kamassi dan Minanga Sipakakko menuju jejak budaya penuturan Autronesia di Sulawesi.
  • Teori Nusantara :Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar melainkan mereka sudah hidup dan berkembang di wilayah Nusantara itu sendiri. Teori ini didukung oleh sarjana-sarjana, seperti J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Akan tetapi, nampaknya teori ini kurang populer dan kurang banyak diterima oleh masyarakat.

Sebelum kehadiran komunitas penuturan Austronesia, penduduk Kepulauan Nusantara telah mengeksploitasi tanaman sebagai bahan pangannya. Berbagai jenis tumbuhan dan pohon buah telah dimanfaatkan dan mungkin sekali dipelihara. Beberapa jenis hewan telah diperbaharui oleh nenek moyang para penutur Austronesia, di antaranya yang menonjol adalah babi, anjing, ayam, dan kerbau.

Post a Comment

0 Comments