Masa Prasejarah


Masa Prasejarah dan Penelitiannya

Prasejarah atau nirleka secara harfiah berarti “Sebelum Sejarah” merupakan waktu antara kemunculan pertama perilaku dan anatomi manusia, catatan Sejarah, dan penemuan huruf selanjutnya. Nirleka berasal dari Bahasa sansakerta ini mengandung unsur, yakni nir berarti “tidak ada” dan leka berarti “tulisan”. Jika digabungkan, maka dapat diartikan bahwa nirleka adalah “zaman Ketika tidak ada tulisan”. Istilah lain yang masih berkaitan adalah “protosejarah”.

Secara etimologis berarti menjelang zaman Sejarah. Namun, secara umum mengacu pada tahap transisi dari zaman prasejarah menuju Sejarah. Artinya kalau pun mereka telah menggunakan tulisan, belum tentu mereka benar-benar memahami tulisan itu. Istilah “prasejarah” yang umum dan banyak digunakan memiliki makna yang agak membingungkan. Pemahaman semacam ini seolah -olah mengartikan bahwa zaman prasejarah bukanlah bagian dari Sejarah, melainkan bagian dari Sejarah manusia.

Akhir zaman prasejarah dan awal Sejarah tidak sama disetiap negara di dunia, bergantung pada peradaban negara tersebut. Jika mengacu pada pengertian Sejarah luas maka zaman prasejarah sudah dimulai sejak bumi terbentuk yakni 4,6 milyar tahun yang lalu. Oleh karena itu zaman prasejarah yang begitu Panjang dapat dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu zaman sebelum dan sesudah kehadiran manusia. Zaman prasejarah sebelum kehadiran manusia lebih menitikberatkan pada Sejarah terbentuk nya bumi beserta fenomena -fenomena alam di dalamnya sehigga sering disebut “Sejarah alam” . sementara itu zaman prasejarah sesudah kehadiran manusia tidak saja membahas Sejarah alam, tetapi justru lebih memusatkan pada Sejarah perkembangan budaya.

Zaman prasejarah yang tertua dimulai di daerah Tanzania sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Dikawasan tersebut muncul dugaan manusia pertama yakni homo habilis, yang ditemukan oleh Louis Leakey, di Ngarai Olduvai pada 1964. Di Eropa kurang lebih kontemporer dengan Indonesia, seperti ditampakan oleh penemuan manusia baru di Dmanisi, Georgia, yang berumur sekitar 1,8 juta tahun lalu. Penanggalan ini lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya, yaitu sekitar 1,5 juta tahun yang lalu, berdasarkan penemuan – penemuan artefak litik (alat bantu) diwilayah Selatan Prancis. Di Tiongkok, berkat penemuan fosil manusia purba di Lantian, masa prasejarah telah dimulai sekitar 1,9 juta tahun yang lalu. Negara – negara di wilayah pasifik memulai pertanggalan yang jauh lebih muda sekitar 3.500 – 1.500 tahun yang lalu. Berdasarkan penemuan artefak di beberapa situs, khususnya diwilayah bagian utara, Austarlia sebagai sebuah benua baru memulai prasejarah sekitar 50.000 – 60.000 tahun yang lalu.

Awal zaman prasejarah di kepulauan Indonesia pun tergolong tua. Penanggalan radiometri tertua menunjukkan kehadiran manusia di Sangiran (Jawa Tengah) dan di Perning (Jawa Timur). Walaupun masih kontroversi, secara umum mengarah pada awal Pleistosen pada  sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Jika penanggalan tersebut benar maka zaman prasejarah Indonesia meliputi 99% dari seluruh rentang waktu kehadiran manusia di Kawasan ini. Zaman Sejarah hanya kurang dari 1% dari rentang waktu kehadiran umat manusia.

Di Indonesia periode prasejarah berakhir menjelang tahun masehi. Menyusul Tulisan atau berita asing (antara lain sumber – sumber berita dari india dan berita dari tiongkok) tentang tempat – tempat di kepulauan Nusantara dan mulai maraknya hubungan dengan Masyarakat luar Nusantara. Pada masa ini Nusantara memasuki zaman protosejarah yang berlangsung hingga sekitar abad IV, yang ditandai dengan munculnya prasasti atau yupa di Kerajaan Kutai, Kalimantan timur , dan prasasti tentang Kerajaan Tarumanegara di sekita bogor. Dengan demikian , zaman prasejarah di kepulauan Nusantara telah meliputi rentang waktu yang sangat Panjang dalam jutaan tahun. Tidak banyak negara yang memiliki zaman prasejarah yang sangat panjang seperti Indonesia.

Penilian masa prasejarah menggunakan metode dan Teknik arkeologi. Kajian ini memunculkan istilah yang baru dan dikenal sebagai “arkeologi prasejarah” (prehistoric archeology). Arkeologi mempelajari artefak , ekofak , fitur, dan stratigfrafi. Artefak adalah semua benda yang telah diubah (dimodifikasi) atau dibuat oleh manusia. Ekofak adalah benda – benda bukan buatan manusia, tetapi kehadirannya dapat menunjukkan adanya kegiatan manusia, misalnya tulang hewan buruan Indoneisa. Fitur  adalah jejak – jejak kegiatan manusia yang tidak bisa dipisahkan dengan tempat benda itu berada, contohnya bekas lubang tiang rumah. Stratigrafi adalah lapisan – lapisan tanah atau buatan yang terbentuk disuatu tempat, sering kali didalamnya terdapat temuan arkeologis. Karena proses pembentukan lapisan – lapisan itu dapat di rekontruksi, stratigrafi sangat membantu arkeologi dalam menentukan kronologi sebuah peristiwa.

Di Eropa sendiri perkembangan kajian prasejarah dibedakan menjadi tiga fase besar, yaitu fase pembentukan (Formative Phase) yang berlangsung dari permulaan Renaisans hingga tahun 1859 dan masa 1859 – 1945, fase transisi (Transitional Phase), berlangsung antara dua perang dunia, yaitu 1918 – 1945, dan fase resen (current Phase), dari tahun 1948 hingga sekarang.

Perkembangan prasejarah di eropa membawa pengaruh ke Indonesia. Para ilmuan eropa yang datang ke Indonesia menaruh perhatian besar terhadap benda – benda prasejarah Indonesia dan ketertarikan tersebut mendorong tumbuhnya kegiatan pengumpulan benda – benda purbakala (collecting). Adapun perkembangan penelitian prasejarah di Indonesia secara garis besar dapat dibedakan dalam empat tahap, dimulai dari tahap pengumpulan , pendeskripsian, penelitian sistematis, hingga penelitian multidisipliner.

  1. Tahap pengumpulan benda – benda (abad XVII – paruh pertama abad XIX). Tahap ini ditandai dengan munculnya aktivitas pengumpulan benda-benda prasejarah oleh para kolektor asing
  2. Tahap pendeskripsian (paruh kedua abad XIX). Kegiatan pengumpulan benda-benda yang marak pada tahap sebelumnya meningkat pada Upaya pengklasifikasian dan pendeskripsian dalam upaya mengetahui latar belakang sejarahnya
  3. Tahap penelitian sistematis (akhir adad XIX – masa kemerdekaan). Tahap ini dipandang sebagai kelahiran ilmu prasejarah di Indonesia, dicirikan oleh timbulnya kegiatan eksplorasi yang sangat insentif pada situs – situs prasejarah.
  4. Tahap penelitian mutidisipliner (masa kemerdekaan – sekarang). Periode ini dicirikan oleh upaya untuk menemukan tingkatan – tingkatan kultural yang dilaksanakan secara komparatif dalam membangun kronologi prasejarah dengan kajian lintas disiplin.   

Post a Comment

0 Comments